Friday, December 5, 2008

Foto-Foto Indah Dari Perpustakaan

Perpustakaan merupakan salah satu sarana penyedia ilmu yang tak terbatas. Dalam sebuah ruangan perpustakaan kita bisa mendapatkan banyak hal. Bahkan kita bisa mendapatkan uang tanpa mengeluarkan uang hanya dengan menerapkan apa yang kita pelajari dari buku di perpustakaan. Banyak orang beranggapan bahwa hanya kutu buku saja yang rajin mengunjungi perpustakaan. Tapi sebenarnya tidak demikian, bukan hanya kutu buku saja yang datang ke perpustakaan tetapi orang-orang yang ingin maju, orang yang berpikir ke depan, orang yang ingin sukses, orang yang haus akan ilmu, bahkan orang yang ingin mendapatkan uang datang mengunjungi perpustakaan.

Buku di perpustakaan memberikan pengetahuan yang tak terkira. Sudah tak terhitung lagi orang-orang yang telah berhasil karena buku dari perpustakaan. Buku juga merupakan salah satu media penyalur hobi. Dalam memperdalam hobi, perpustakaan merupakan salah satu tempat yang tepat. Kita bisa mengetahui banyak hal yang belum kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari menyangkut hobi yang kita gemari. Hobi sangat bermanfaat untuk mengisi waktu luang dan melepaskan kejenuhan dalam beraktifitas. Tak sedikit yang memanfaatkan hobi sebagai pekerjaan sampingan yang dapat menghasilkan uang.

Segala pengetahuan ada dalam perpustakaan. Kita dapat memilih apa yang kita ingin kita ketahui. Segala hal tentang foto juga bisa kita dapatkan dari perpustakaan. Mulai dari petunjuk untuk mengmbil gambar yang baik, memilih kamera yang baik, memperbaiki foto yang kurang baik dengan photoshop, teknik-teknik pengambilan gambar yang tepat, cara penggunaan kamera yang benar.

Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan.

Untuk menghasilkan ukuran cahaya yang tepat untuk menghasilkan bayangan, digunakan bantuan alat ukur lightmeter. Setelah mendapat ukuran cahaya yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur cahaya tersebut dengan mengatur ASA (ISO Speed), diafragma (aperture), dan penggunaan filter.

Fotografi digolongkan dalam berbagai macam tipe,antara lain :

o Fotografi Alam (Nature / Landscape)

o Fotografi Satwa

o Fotografi Makro / Mikro

o Fotografi Dokumentasi

o Fotografi Jurnalistik

o Fotografi Seni (Fine Art)

o Fotografi Studio

o Fotografi Udara (Aerial)

o Fotografi Komersial

o Fotografi Interior

o Fotografi Fesyen

Kamera digolongkan dalam berbagai jenis, antara lain :

* Berdasarkan media yang digunakan :

o Kamera analog / film

o Kamera digital

* Berdasarkan ukuran film / sensor :

o Kamera saku / kamera poket

o Kamera SLR

o Kamera medium format

o Kamera large format / view camera

Komponen kamera terdiri atas: kotak yang kedap cahaya (badan kamera), sistem lensa, pemantik potret (shutter), dan pemutar film. Badan kamera adalah ruangan yang sama sekali kedap cahaya, namun dihubungkan dengan lensa yang darimana menjadi satu-satunya tempat cahaya akan masuk. Di dalam bagian ini cahaya yang difokuskan oleh lensa akan diatur agar tepat mengenai dan membakar film. Sistem lensa dipasang pada lubang depan kotak, berupa sebuah lensa tunggal yang terbuat dari plastik atau kaca, atau sejumlah lensa yang tersusun dalam suatu silinder logam. Tombol pemantik potret atau shutter dipasang di belakang lensa atau di antara lensa. Kebanyakan kamera SLR mempunyai mekanisme pengatur waktu untuk memungkinkan mengubah-ubah lama bukaan shutter. Waktu ini ialah singkatnya pemetik potret itu membuka, sehingga memungkinkan berkas cahaya mengenai film.

Bagian lain sebuah kamera, antara lain: mekanisme memutar film gulungan agar bagian-bagian film itu bergantian dapat disingkapkan pada objek; mekanisme fokus yang dapat mengubah-ubah jarak antara lensa dan film; pemindai komposisi pemotretan (range finder) yang menunjukkan apa saja yang akan terpotret serta apakah objek utama akan terfokuskan; lightmeter untuk membantu menetapkan kecepatan pemetik potret dan atau besarnya bukaan, agar banyaknya cahaya yang mengenai film cukup tepat sehingga diperoleh bayangan atau gambar yang memuaskan.Beberapa kamera, terutama jenis kamera poket biasanya tidak memiliki salah satu dari bagian-bagian tersebut.

Viewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.

Berdasarkan teknologi viewfinder kamera dibagi dalam beberapa jenis:

o Kamera saku

Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder) dengan lensa.

o Kamera TLR

Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.

o Kamera SLR (Single Lens Reflect)

Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobi, dudukan lensa pada body kamera berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar),tele(jarak jauh),dan lensa normal(standard 50 mm),tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi.

Dalam mengambil gambar atau foto kita juga harus mempunyai etika. Etika mengambil gambar/foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau dimana saja saat mereka bermain. Tapi jangan harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang yang tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke penjara. Lalu bagaimana di negara kita? Di negara kita relatif mudah untuk mendekati, meminta ijin dan memotret. Bahkan sebagian masyarakat kita cuek dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun. Lantas bagaimana etikanya? Sebaiknya, dimanapun kita mau motret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dengan kita (fotografer). 90 persen orang akan dengan senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu, pahami kondisi mereka, apalagi mereka kita ajak bicara tentang dirinya, pasti suka. Nah, baru kita sampaikan maksud kita.

Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis boleh saja mengambil gambar langsung untuk mendapatkan momen yang natural. Tapi jangan lupa bicarakan maksud kita usai motret. Menyapa dahulu, seperti bertanya nama, umur, pekerjaan, keluarga, sampai hal ringan lainnya. Dan ketika mereka tanya buat apa foto?, katakan dengan benar apa adanya. Misal untuk sekedar belajar, atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jangan coba-coba mempublikasikan secara umum. Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita.

Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tidak boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dengan jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik. Misal layak dan berhak itu, jika sebuah institusi/orang punya masalah yang dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yg punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik.

Tips memotret orang :

1. permisi, minta ijin (kalau perlu jangan perlihatkan dahulu kamera kita)

2. ajak bicara apa saja sebelum memotret, bisa jadi akan ada inspirasi banyak saat kita bicara dahulu dengannya

3. sampaikan maksud kita saat mau memotret

4. tunjukkan hasil foto saat itu (jika pakai kamera digital), untuk membuat mereka nyaman dan yakin dengan kita.

5. catat kontak mereka, HP, alamat rumah dsb, suatu saat kita dengan mudah akan menemukan mereka jika ada cerita yg relevan dangan project foto kita kelak.

6. sampaikan terima kasih dan memohon maaf jika telah membuat mereka terganggu.

catatan: jika setelah kita ajak bicara mereka menolak difoto, jelaskan kalau ini untuk berita yg baik atau foto yg baik. Jika tetap menolak, hormati mereka, masih banyak obyek foto lain.

Foto merupakan sesuatu yang menyimpan banyak kenangan. Tak heran jika banyak orang menganggap foto adalah sesuatu yang sangat berharga. Foto memiliki nilai untuk kepentingan orang banyak. Seperti foto dokumentasi masa kecil keluarga, kini jadi foto yang memiliki nilai yang tinggi. Foto dapat berbicara tanpa berkata, hanya dari melihat suatu foto saja kita mendapatkan suatu gambaran dari sebuah peristiwa.

Foto dapat menyimpan banyak cerita. Saat bahagia maupun berduka. Tak heran sekarang banyak dijumpai juru foto lepas yang mencari nafkah dengan menerima panggilan untuk mendokumentasikan berbagai macam acara. Tak sedikit yang memandang sebelah mata tentang arti sebenarnya dari fotografi. Banyak orang memandang negatif profesi sebagai fotografer. itu dikarenakan banyak pemberitaan negatif yang biasanya disebarkan melalui internet atau media lainnya. Pada masa sekarang fotografi diidentikkan dengan foto-foto yang berbau SARA, sehingga mereka yang belum benar-benar mengenal dunia fotografi akan menganggap profesi tersebut sebagai profesi yang menghasilkan uang yang tak halal, padahal tidak seburuk itu kita juga perlu mengingat dan berterima kasih pada fotografer foto jurnalistik yang telah berjasa mengabdi untuk mencari foto-foto yang seringkali tidak mudah didapat, misalnya di daerah yang sedang berperang. Fotografer rela mengorbankan nyawanya untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut. Untuk itu jangan melihat suatu hal dari luarnya saja, pahami dan pikirkan apa yang sebenarnya terjadi.